Kamis, 12 April 2012

Kerinci Seblat National Park

Kerinci Seblat National Park covers almost 1.4 million ha straddling four provinces, namely Jambi (422,190 Ha), West Sumatra (353,780 Ha), Bengkulu (310,910 Ha), and South Sumatra (281,120 Ha). Physically, KSNP is a part of Bukit Barisan Mountain Range stretching North to South along Sumatra Island. The park, which lies at about 200 m to 3,805 m above sea level, is located between 100º31'18" - 102º44'01" East Longitude and 1º07'13" - 1º26'14" South Latitude.

Its physical setting and location makes KSNP as one of the richest conservation area in terms of biodiversity and the most undiminished of Sumatra's representative ecosystems. The ecosystems or forest types based on altitude as well as other particulars may be outlined as follows:

    Sub montane and lowland rain forest (200-1,500 asl.) is dominated by members of the families Dipterocarpaceae and Leguminosae.

    Montane forest (1,500-2,500 asl.) is dominated by members of the families Dipterocarpaceae, Lauraceae, and Myrtaceae.

    Sub alpine ecosystem (2,500 m asl. and above) is dominated by members of the families Lauraceae, Fagaceae, and Erycaceae, including various fern species.

    Mount Kerinci summit (3,805 m asl.), the highest peak in Sumatra, is dominated by herbs and grasses, and includes the eternal flower Anaphalis javanica. 

Other, special and unique ecosystems in the park are Rawa Bento, Ladeh Panjang, and Gunung Tujuh Lake. Rawa Bento is a fresh water swamp located at ±1,300 m asl. dominated by Bento Grass (Leersia hexandra), and tree species such as Bintungan (Biscofia javanica), Gelam Merah (Xylocarpus granatum), and Kelat Putih (Alangium sp.). Ladeh Panjang is a peat swamp on the Mount Kerinci highland (±1,600 m asl.), the highest peat swamp in South East Asia. Gunung Tujuh Lake (±1,600 m asl.) is a deep volcanic with a surrounding ridge of seven hills.

In the park can be found at least 306 bird species of 49 families and 42 mammal species of 19 families. A record of the park's reptiles, fish, and insects is not yet available. Common bird species found in the park are of the Pycnotidae family, such as the sooty-headed Bulbul (Pycnonotus aurigaster) and Black headed Bulbul (Pycnonotus atriceps); the Accipiteridae family, such as Crested Serpent Eagle (Spilornis cheela); Capitonidae family, such as Blue eared Barbet (Megalaima australis); Picidae family, such as Crimson-winged Wood pecker (Picus puniceus); Muscipidae family, such as Sikatan (Ficedula stropiata); Silvidae family, such as Yellow-bellied prinia (Prinia flaviventris); and Columbidae family, such as Spotted Doves (Geopelia striata) and Pinknecked Pigeon (Treron vernans). In addition, many protected bird species are found in the park, among others Rhinoceros Hornbills (Buceros rhinoceros), Argus Pheasant (Argusianus argus), Black Eagle (Ichtinaetus malayensis), European Hobby (Falco subbeteo), Southern Peat Hornbill (Anthrococeros convexsus), Common Kingfisher (Alcedo athis) and Brown-throated Barbet (Magalaima oorti).

Kehutanan Masyarakat by Komunitas Konservasi Indonesia -WARSI

Teman-teman saya punya sedikit Info dari teman-teman WARSI
(Komunitas Konservasi Indonesia)



Berikut ini adalah artikel oleh warsi yang dikirimkan kepada saya ketika saya menanyakan tentang hutan masyarakat, karena kebetulan saya juga punya kegiatan yang sama di PC Sylva Indonesia Institut Pertanian Bogor

Untuk mengakomodir aspirasi dan kepentingan masyarakat terhadap pengelolaan sumber daya hutan, sejak Oktober 2000 lalu, WARSI telah mendorong sebuah pendekatan baru menuju pengelolaan yang adil, demokratis serta berkelanjutan melalui konsep pengelolaan hutan berbasiskan masyarakat melalui program community base forest management atau CBFM. Tujuannya untuk mewujudkan pengelolaan dan keberlanjutan sumber daya alam seperti sumber daya hutan, dengan menempatkan posisi masyarakat sebagai bagian terpenting dari sumber daya itu sendiri. Dimana masyarakat mendapatkan kepercayaan dan kesempatan untuk ikut mengelola hutan rakyat sesuai dengan nilai dan konsep yang mereka miliki.

CBFM telah dikembangkan di lima kabupaten di empat propinsi. Diantaranya di Sumatra Barat di Kabupaten Agam, desa Koto Malintang, Di Bengkulu di Kabupaten Rejang Lebong desa Ladang Palembang, di Sumatra Selatan di Kabupaten Muara Enim Kecamatan Gunung Megang desa Eks Marga Benakat.Khusus di propinsi Jambi, terdapat di dua desa di dua kabupaten yakni desa Batu Kerbau Kecamatan Pelepat Kabupaten Bungo dan di desa Guguk Kecamatan Sungai Manau Kabupaten Merangin.
Pengelolaan Hutan Dengan Konsep CBFM. Community Base Forest Management atau sistem hutan kerakyatan merupakan sistem pengelolaan sumber daya alam hutan yang dikembangkan oleh masyarakat dilingkungannya bagi kesejahteraannya. Dimana hutan bukan sekedar tegakan pohon melainkan suatu sistem pengelolaan kawasan wilayah hukum adat yang elemennya terdiri atas hutan alam, hutan sekunder, sungai, danau, ladang, kebun, pemukiman, tanah keramata dan komunitas serta sistem ekologinya. Sistem ini memberikan syarat bagi berlangsungnya kehidupan. Misalnya sebagai penyedia air, menjaga kesuburan tanah, penyedia bahan makanan, papan, sandang, obat-obatan dan religi. 

Kegiatan fasilitasi oleh fasilitataor WARSI di lapangan dilakukan melalui penggalian aspirasi, pendokumentasian dan mensosialisasikannya dalam setiap pertemuan di desa, baik secara formal maupun informal. Mulai dari level dusun hingga ke tingkat Bupati. Sebagai contoh, di Propinsi Jambi yakni di desa Batu Kerbau, kegiatan fasilitasi telah mengasilkan “Piagam Kesepakatan Masyarakat Adat Desa Batu Kerbau” untuk pengelolaan sumber daya alam. 

Dilanjutkan dengan dikeluarkan Permenhut No 49/Menhut-II/2008 tentang hutan desa.  Hutan desa merupakan kawasan hutan negara yang dikelola lembaga desa yang ditujukan untuk kemakmuran masyarakat desa. Penyelenggaraan hutan desa dimaksudkan untuk memberikan akses kepada masyarakat setempat melalui lembaga desa dalam memanfaatkan sumberdaya hutan secara lestari dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat secara berkelanjutan.

Warsi melihat peluang ini sangat dinantikan dengan mengusung hutan desa pertama di Desa Lubuk Beringin, Kecamatan Batin III Ulu, Kabupaten Bungo seluas 2.356 ha. Melalui Surat Nomor:522/B312/Hutbun, Bupati  Bungo mengusulkan kawasan tersebut untuk ditetapkan sebagai pencadangan areal kerja hutan desa untuk Lubuk Beringin. Dan langkah ini dilanjutkan dengan pengusulan hutan desa di 23 desa di Provinsi Jambi yang meliputi Dusun Senamat Ulu, Laman Panjang dan Buat di Kabupaten Bungo,dan 17 desa di empat Kecamatan, Kabupaten Merangin, serta Desa Olak Besar, Desa Jelutih dan Desa Hajran di Batanghari. Total wilayah meliputi 48.326,69 ha.

Tidak hanya di Jambi warsi juga menginisiasi pegusulan dua hutan nagari di Sumatera Barat sejak tahun 2010, yaitu Kenagarian Simanau, Kecamatan Tigo Lurah, Kabuapaten Solok dan Jorong Simancuang, Kenagarian Alam Pauh Duo, Kabupaten Solok Selatan. Semua hutan desa dan hutan nagari ini telah mendapakan SK penetapan dari menteri dan untuk dapat mengelola hutan desa tersebut maka harus dibentuk kelompok pengelola hutan desa yang akan membuat Rencana Kerja Hutan Desa (RKHD). RKHD ini akan disetujui lagi oleh Gubernur.
Dengan adanya RKHD ini masyarakat akan mengelola dan memanfaatkan hutan desa yang sudah di SK kan oleh Menteri Kehutanan tersebut. Kelompok pengelola hutan desa juga akan menyusun rencana kerja tahunan. 

JAS MERAH BU!!

JAS MERAH (jangan sekali-kali melupakan sejarah) BU! (gw tambahin dikit BU = budaya )

Slogan yang dikumandangkan oleh proklamator kita bung Karno ini memang mempunyai arti yang mendalam bahkan sangat mendalam. Bagaimana bangsa yang baik adalah bangsa yang menghargai proses-proses sejarah itu terjadi.

baru saja beberapa saat yang lalu saya teringat akan suatu situs dari belanda yang memuat foto-foto dari zaman dahulu kala.. fokus saya disini adalah foto-foto yang berasal dari daerah kabupaten kerinci.

klik! saya masuk ke http://collectie.tropenmuseum.nl , kemudian saya masukkan kata kunci "kerintji"..
jreett... keluarlah foto dari masa lampau yang sangat memukau bagi saya. ketika melihat foto tersebut, saya merasa tenggelam dan hanyut melalui lorong waktu dan dalam sekejap saya berada pada masa ketika foto itu di ambil. suatu keseruan sendiri ketika saya melihat foto dan kemudian melihat keterangan yang ada pada foto tersebut, dan saya bertanya dimanakah lokasi yang ditampilkan pada foto tersebut, bagaimana keadaannya sekarang. sangat seru sekali apalagi foto tersebut adalah tempat yang sangat kita kenal. kita membandingkan bagaimana keadaan pada masa itu, bagaimana perkembangannya selama ini.

hari ini satu lagi mimpi saya bertambah yaitu saya ingin mempelajari budaya kerinci dan mengunjungi museum di Belanda yang mebpunyai koleksi benda bersejarah dan foto tentunya yang berkaitan dengan kerinci.

 pameran pusaka huruf incung si alun-alun sungai penuh
(kira-kira begitu transletan dari bahasa belanda nya)




seorang bapak tua sedang menjemur kopi

situs aslinya di sini nih!! Klik Aja!!

Kamis, 05 April 2012

Mas Aril dan BBM

bermula dari celotehan mas ariel (tukang bakso yg biasa mangkal di MNH) membuat saya sedikit berpikir tentang BBM

semua berawal ketika beberapa hari yang lalu saat saya mengobrol dengan mas ariel, dia bertanya sesuatu pertanyaan simple tapi sangat berkaitan dgn isu kenaikan BBM....

pada waktu itu mas Ariel bertanya kira kira begini:
"mas, saya mau tanya.. minyak itu kan bahan yang ga bisa di perbaharui dan terbatas,, skrg kan di pake terus tuh... kalo abis gimana??"
sebagian besar dari kita pasti tau jawabannya yaitu bahan bakar alternatif..

tapi tahukah anda berapa harga produksi 1 liter bahan bakar alternatif tersebut??

di Indonesia harga premium Rp4.500/lt sedangkan harga produksi 1 liter bahan bakar alternatif rata-rata mencapai Rp6000an, lebih mahal dari pada harga premium bersubsidi... hal ini tentu akan membuat masyarakat cenderung memilih BBM bersubsidi untuk konsumsi kendaraan bermotor mereka.

ketika Minyak bumi habis, apa yg akan kita pakai utk menjalankan kendaraan bermotor kita? mau tidak mau kita harus beralih ke bahan bakar alternatif,, jika kita langsung beralih ke bahan bakar alternatif (BBA),, pasti kita akan shock dengan harga yang tinggi.. untuk itu supaya masyarakat tidak shock, maka secara perlahan harga BBM di Indonesia dinaikkan untuk mencapai harga yang setimbang dan memberikan efek substitusi pasar agar masyarakat beralih ke BBA sembari menunggu pemerintah mempersiapkan segala infrastruktur yang menunjang konversi bahan bakar.

efek inflasi dari kenaikan harga BBM hanya akan terasa beberapa bulan setelah dinaikkan, setelah itu akan terjadi keseimbangan pasar dan semua sektor ekonomi akan berjalan biasa.

kembali lagi ke mas ariel. jadi, jika BBM naik maka mas Ariel pasti juga akan menaikkan harga bakso nya dengan begitu nilai kenaikan harga BBM tidak akan berimbas pada pendapatan mas Aril sehari-hari. begitupun tukang angkot, jika tarif angkot biasanya Rp2000 dn kenaikan harga BBM maka tarif minimum agar pendapatan mereka sama dengn harga sebelum BBM di naikkan adalah Rp2300,, tidak mungkin tukang angkot akan memasang harga Rp2300 karena pasti akan sangat kerepotan saat mengembalikan uang penumpang. mereka pasti setidaknya memasang tarif sebesar Rp2500,- dengan begitu pendapatan mereka justru bertambah dengan kenaikan harga BBM ini . . . .

Jadi....

Setujukah anda dgn Kenaikan BBM???